Sunday 2 June 2019

Elang Haast's, Burung Pemangsa Moa Raksasa


Elang Haast’s adalah spesies elang yang telah punah yang pernah hidup di Pulau Selatan Selandia Baru. Spesies ini adalah elang terbesar yang pernah ditemukan. Ukurannya yang besar dijelaskan sebagai respons evolusioner terhadap ukuran mangsanya, burung Moa yang bisa berbobot hingga 230 kg. Elang Haast punah sekitar tahun 1400 AD, setelah moa diburu hingga punah oleh suku Maori pertama.

Dengan lebar sayap hingga 3 meter, dan berat 15 kilogram, Elang Haast’s adalah elang terbesar yang pernah ada di dunia. Sayapnya relatif pendek dan kakinya lebih kuat daripada elang lainnya. Ukuran dan kekuatan kaki dan cakar menunjukkan bahwa ia adalah predator yang efektif dan aktif, mampu membunuh mangsa yang sangat besar.

Elang Haast’s bukan burung yang beradaptasi untuk perburuan  jarak jauh. Sayap yang relatif pendek untuk elang seukurannya dibandingkan burung elang lainnya merupakan indikasi yang jelas bahwa Elang Haast beradaptasi untuk terbang di antara pohon-pohon dan lokasi lain di mana tidak ada banyak ruang untuk membuka sayap. Secara proporsional, ekornya cenderung lebar untuk menutupi area permukaan yang lebih besar  yang akan membantu menciptakan daya angkat tanpa perlu membutuhkan sayap yang lebih lebar. Ekor yang besar juga memungkinkan ia untuk terbang dengan kecepatan rendah yang stabil dan lebih bermanuver serta memungkinkan Elang Haast's untuk memiliki kemampuan luar biasa dalam belokan tajam  saat terbang di antara pepohonan.

Elang Haast’s juga dianggap memiliki rahang yang lebih besar daripada elang modern, serta memiliki beberapa cakar panjang di kakinya. Cakar Elang Haast's  memiliki kemiripan bentuk dengan Harpy Elang (Harpia harpyja). Cakar-cakar ini panjangnya antara 4,9 cm hingga 6 cm untuk jari kaki depan sedangkan cakar hallux (jari kaki belakang yang berlawanan dengan yang lain) mencapai 10,5 cm, cakar inilah yang akan menjadi senjata pembunuh utama.


Harpagornis moorei skull.jpg



Elang Haast’s beradaptasi untuk berburu dan membunuh mangsa besar.  Satu-satunya mangsa besar yang sesuai di Selandia Baru untuk pemangsa sebesar itu adalah burung Moa. Moa adalah burung besar yang tidak dapat terbang yang diketahui oleh beberapa genera, yang terbesar di antaranya dari genus Dinornis yang dapat tumbuh hingga sekitar 3,6 meter tingginya dengan berat 230 kg. Burung-burung ini mendiami hutan yang menutupi Selandia Baru selama masa Pleistosen dan Holosen.

Kepunahan burung Elang Haast's relatif baru. Bukti menunjukkan bahwa elang raksasa ini ada ketika Suku Maori pertama kali tiba di Selandia Baru sekitar 800 tahun yang lalu, dan laporan menunjukkan bahwa elang itu "mungkin" masih ada ketika orang Eropa tiba di awal 1800-an. Legenda Maori, yaitu Pouakai tidak diragukan lagi merujuk pada sisa-sisa tulang belulang dari Elang Haast yang telah ditemukan di dalam situs-situs yang disakralkan oleh Suku Maori.

Karena itu tidak bisa beradaptasi dengan perubahan, seperti predator besar lainnya, kebutuhan akan makanan Elang Haast’s yang berubah dengan menghilangnya Burung Moa memaksa mereka berburu di daerah yang sangat luas. Ini menyebabkan kepadatan populasi yang. Seperti burung pemangsa besar lainnya, mungkin Elang Haast’s juga memiliki tingkat reproduksi yang sangat rendah. Ini membuatnya sangat rentan terhadap perubahan dramatis yang diakibatkan oleh kedatangan manusia, seperti pembukaan hutan yang tidak hanya mengurangi habitat yang tersedia untuk Elang Haast’s tetapi juga secara signifikan mengurangi jumlah mangsa yang tersedia. Selain perburuan oleh Maori yang menyebabkan kepunahan Moa, Suku Maori kemungkinan telah mencoba membunuh elang di berbagai kesempatan, mungkin untuk melindungi diri mereka dari elang berukuran 3 meter yang mereka anggap berbahaya untuk mereka. Jumlah elang Haast segera turun drastis dan akhirnya punah.