Monday, 17 June 2019

Tiga Dinosaurus Pemangsa Besar Amerika Selatan.

Mapusaurus by Fabio Pastori

Amerika Selatan pada masa Cretaceous dulu dihuni oleh beragam jenis dinosaurus, beberapa diantaranya bahkan termasuk diantara yang terbesar yang pernah ada. Dari sauropoda pemakan tumbuhan raksasa seperti Argentinosaurus, Patagotitan dan Puertasaurus hingga dinosaurus pemangsanya yang juga tidak kalah besar seperti Giganotosaurus dan Mapusaurus yang ukurannya menyamai dan bahkan mungkin sedikit lebih besar dari Tyrannosaurus, raja dari Amerika Utara. Pada kesempatan kali ini, Paleontologi ID blog akan merangkum tiga dinosaurus pemangsa besar dari Amerika Selatan ini, yaitu Tyrannotitan, Mapusaurus dan Giganotosaurus. 


1. Tyrannotitan 


Tyrannotitan by Sergey Krasovskiy


Tyrannotitan adalah genus dinosaurus karnivora bipedal besar dari keluarga Carcharodontosaurid dari periode Cretaceous awal, ditemukan di Argentina. Ia berkerabat dekat dengan Carcharodontosaurus, Giganotosaurus serta Mapusaurus. Namanya berarti "Tyrant titan". Panjang dinosaurus ini diperkirakan mencapai 11–12 meter. Pada 2010, Gregory S. Paul memberikan perkiraan lebih panjang, yaitu 13 meter (43 kaki). Beratnya diperkirakan antara 5 hingga 7 ton. Tyrannotitan adalah Carcharodontosaurid raksasa tertua secara geologis bersama dengan Acrocanthosaurus dari Amerika Utara (keduanya ditemukan di batuan zaman Aptian). Tyrannotitan Chubutensis dideskripsikan oleh Fernando E. Novas, Silvina de Valais, Pat Vickers-Rich, dan Tom Rich pada tahun 2005. Fosil-fosilnya ditemukan di La Juanita Farm, 28 kilometer (17 mil) timur laut dari Paso de Indios, Provinsi Chubut, Argentina . Mereka diyakini berasal dari Anggota Cerro CastaƱo, Formasi Cerro Barcino (tahap Aptian) sekitar 112 - 121 juta tahun yang lalu.




Gigi Tyrannotitan tampaknya tidak berkembang sebaik gigi-gigi lain dari kelompoknya seperti yang terlihat di Carcharadontosaurus. Gigi Tyrannotitan tidak memudahkan pengirisan namun bentuk mirip dengan gigi Allosaurida seperti Allosaurus, mengingat bahwa Carcharodontosaurid dianggap berasal dari Allosaurid. 

2. Mapusaurus 

Mapusaurus by Frank Lode

Mapusaurus adalah dinosaurus pemangsa besar yang mendiami Amerika Selatan pada Masa Cretaceous atau sekitar 100 juta tahun yang lalu. Mapusaurus pertama kali ditemukan antara 1997 dan 2001 oleh tim gabungan Kanada-Argentina di Argentina. Kemudian di tahun 2006,nama Mapusaurus diberikan oleh ahli paleontologi Phil Currie dan Rodolfo Coria, sebuah nama yang berarti "kadal bumi" atau "kadal tanah." Satu-satunya spesies yang ditemukan diberi nama Mapusaurus Roseae. Nama ini diberikan bukan hanya karena bebatuan indah tempat fosil ditemukan, tapi juga untuk menghormati Rose Letwin - yang kebetulan mensponsori ekspedisi yang membantu menemukan fosil-fosil Mapusaurus. Mapusaurus memiliki ukuran maksimal sepanjang 12 meter dengan berat 5 ton. 



Mapusaurus hidup di wilayah dan masa yang sama dengan salah satu hewan darat terbesar yang pernah hidup, yaitu sauropoda raksasa Argentinosaurus, yang memiliki panjang maksimal 30 meter dan berat hingga 75 ton. Kemungkinan Mapusaurus juga memangsa dinosaurus ini, namun Mapusaurus yang sendirian akan kesulitan untuk menjatuhkan Argentinosaurus dewasa yang sehat. Tapi dengan bekerja sama secara berkelompok kecil, Mapusaurus dapat memangsa Argentinosaurus remaja atau yang sudah tua dan sakit. 


3. Giganotosaurus

Giganotosaurus by Todd Marshall

Giganotosaurus adalah genus dinosaurus pemangsa besar lainnya dari Amerika Selatan yang pertama kali ditemukan oleh Ruben Dario Carolini di Argentina pada tahun 1993. Nama Giganotosaurus merupakan bahasa Yunani dari "Kadal Raksasa dari Selatan" merujuk dari ditemukannya dinosaurus ini di Amerika Selatan. Genus Giganotosaurus hanya terdiri dari satu spesies, yaitu G. Carolinii, untuk menghormati sang penemu. 



Giganotosaurus dipercaya dapat tumbuh lebih besar dari dinosaurus yang digembor-gemborkan sebagai rajanya dinosaurus,Tyrannosaurus Rex. Walaupun hal ini hanya didasari dari specimen fosil yang hanya 70% lengkap. Giganotosaurus dapat tumbuh hingga 13 meter panjangnya dengan berat 10 ton. Giganotosaurus merupakan dinosaurus pemangsa terbesar dari Amerika Selatan, lebih besar dari dua dinosaurus pemangsa lainnya di atas, yaitu Tyrannotitan dan Mapusaurus. Giganotosaurus mungkin merupakan predator puncak di ekosistemnya. Ia berbagi lingkungan dengan dinosaurus herbivora seperti sauropoda  Andesaurus,  Limaysaurus dan Nopcsaspondylus yang menjadi mangsanya. 

Gorgosaurus, Tiran dari Kanada


Gorgosaurus by Pablo Lara

Gorgosaurus adalah genus dinosaurus pemangsa di bawah sub-suku Albertosaurinae dan suku Tyrannosauridae, yang hidup sekitar 76.6 juta tahun hingga 75.1 juta tahun yang lalu pada masa Cretaceous akhir. Nama Gorgosaurus diambil dari bahasa Yunani, "Gorgos" yang berarti "menakutkan" dan "Saurus" yang berarti "Kadal", sedangkan nama spesies "libratus" diambil dari bahasa latin yang berarti "Penyeimbang". Fosilnya pertama kali ditemukan oleh Charles M. Sternberg pada tahun 1913 berupa kerangka hampir utuh lengkap dengan tengkorak. Fosil tersebut kemudian disimpan dan diteliti di museum alam Kanada di Ottawa.

Gorgosaurus diletakan dalam sub-famili Albertosaurinae, didalam  famili Tyrannosauridae. Gorgosaurus juga paling berkerabat erat dengan Albertosaurus yang sama-sama berasal dari Alberta, Kanada.. Dikarenakan keduanya memiliki ciri yang hampir sama, mereka sempat dianggap 1 genus selama bertahun-tahun. Gorgosaurus berukuran lebih kecil dari Tyrannosaurus atau Tarbosaurus, namun ukurannya hampir sama dengan  Albertosaurus dan Daspletosaurus. Spesimen Gorgosaurus dewasa diperkirakan dapat mencapai panjang 8-9 meter dengan berat  3 ton. Sama seperti Tyrannosauridae lainnya, Gorgosaurus juga memiliki kepala yang besar dengan panjang tengkoraknya saja mencapai 1 meter.

Gorgosaurus hidup di dataran banjir yang subur dengan peran sebagai predator puncak bersama dengan beberapa spesies dinosaurus lain seperti  Centrosaurus dan Pachyrhinosaurus serta Hadrosauria seperti Edmontosaurus dan Hypacrosaurus yang dapat menjadi mangsanya. Di beberapa tempat, Ia juga harus berbagi habitat dengan dinosaurus Tyrannosauridae lainnya, Daspletosaurus. Dua dinosaurus pemangsa ini memiliki ukuran yang hampir sama, diperkirakan keduanya memiliki perbedaan peran dan gaya hidup yang berbeda di lingkungan mereka untuk membuat mereka dapat hidup berdampingan tanpa adanya persaingan yang ketat antar predator puncak.

Dire Wolf, Serigala Yang Mengerikan



Dire Wolf yang berarti “Serigala yang mengerikan” termasuk hewan pemangsa purba yang terkenal dari Amerika Utara. Dire Wolf hidup sekitar 125.000 hingga 10.000 tahun yang lalu. Secara teknis, Dire Wolf merupakan "hypercarnivora,"yang makanan serigala ini terdiri dari setidaknya 70 persen daging. Sebagian besar predator mamalia dari Era Kenozoikum (termasuk Sabertooth) adalah hypercarnivore dan begitu pula anjing dan kucing modern. Hypercarnivora dibedakan dengan gigi taring yang besar dan mengiris, yang berevolusi untuk dengan mudah memotong daging mangsa.


Skeletons look identical
Canis Lupus (Serigala Abu-Abu) dan Canis Dirus (Dire Wolf) 


Dire Wolf adalah predator yang tangguh, berukuran hampir 1,5 meteri dari kepala ke ekor dan beratnya sekitar 75 hingga 90 kilogram, sekitar 25 persen lebih besar dari anjing terbesar yang hidup sekarang dan 25 persen lebih berat daripada serigala abu-abu terbesar. Dire Wolf jantan memiliki ukuran yang sama dengan betina, tetapi jantan memiliki taring yang lebih besar dan lebih mengancam. Ini mungkin meningkatkan daya tarik mereka selama musim kawin dan meningkatkan kemampuan mereka untuk berburu dan membunuh mangsa mereka.


Incisors at the front, followed by canines, followed by premolars, followed by molars at the back


Paleontolog berspekulasi bahwa Dire Wolf (Canis dirus) mungkin juga merupakan canidae "penghancur tulang", mengekstraksi sebanyak mungkin nutrisi dari makanannya hingga ke tulang-tulang mangsanya dengan menghancurkan tulang mangsanya dan memakan sumsum di dalamnya. Ini akan menempatkan Dire Wolf  lebih dekat ke arus utama evolusi anjing daripada beberapa fauna Pleistosen lainnya, misalnya, leluhur anjing penghancur tulang yang terkenal, Borophagus atau Epicyon. Serigala Dire memiliki gigitan terkuat diantara serigala lainnya, hal ini tentu memudahkannya dalam berburu mamalia Megafauna seperti kuda, Mastodon, bison, unta dll.

Seperti kebanyakan mamalia megafauna lainnya dari zaman Pleistosen akhir Dire Wolf menghilang tak lama setelah Zaman Es terakhir, kemungkinan besar ditakdirkan oleh lenyapnya mangsanya. Serigala Dire punah bersama dengan berbagai spesies Megafauna lainnya dalam Kepunahan Quaternary 10.000 tahun yang lalu. 

Epicyon, Anjing Penghancur Tulang


Keterangan foto tidak tersedia.

Epicyon adalah salah satu anjing purba  sejati terbesar yang pernah hidup di Amerika Utara. Mereka hidup sekitar 15 hingga 5 juta tahun yang lalu  dari Periode Miosen Tengah hingga Akhir. Epicyon pertama kali ditemukan pada pertengahan abad ke-19 dan dinamai oleh Joseph Leidy pada tahun 1858. Namanya berarti "lebih dari seekor anjing". Epicyon masuk ke keluarga umum yang sama dengan serigala, hyena, dan anjing modern, dan merupakan binatang buas yang berbeda sama sekali dari mamalia "creodont" non-canid (dicirikan oleh Sarkastodon raksasa) yang tersebar di dataran Amerika Utara selama jutaan tahun sebelum zaman Miosen.

Spesies terbesar Epicyon , Epicyon haydeni panjangnya sekitar 1,5 meter dan beratnya sekitar170 kilogram. Ia memiliki rahang dan gigi yang besar dan kuat yang membuat kepalanya terlihat lebih seperti milik kucing besar daripada anjing atau serigala. Paleontolog tidak tahu banyak tentang kebiasaan makan Epicyon, apakah hewan ini mungkin berburu sendiri atau secara berkelompok, atau bahkan mungkin hidup secara eksklusif dengan memakan bangkai yang sudah mati, seperti hyena mengingat rahang kuat Epicyon mampu menghancurkan tulang, sehingga ia mendapat nama julukannya, yaitu “Bone crusher” atau penghancur tulang.

Epicyon diketahui terdiri dari tiga spesies, yang semuanya ditemukan di Amerika Utara bagian barat pada abad ke-19 dan ke-20. Spesies paling kecil, Epicyon saevus, dinamai oleh ahli paleontologi Amerika terkenal Joseph Leidy dan hanya berbobot sekitar 45 kilogram. Spesies kedua, Epicyon haydeni juga dinamai oleh Leidy. Ia adalah spesies Epicyon terbesar, beratnya bisa mencapai 170 kilogram. Sementara spesies Epicyon terakhir, Epicyon aelurodontoides, ditemukan di Kansas pada tahun 1999.

Monday, 10 June 2019

Asal - Usul Legenda Hewan Mitologi


Mitos merupakan hal yang kental bagi kehidupan masyarakat kuno. Banyak dari mitos-mitos ini melahirkan hewan-hewan legendaris yang tampaknya tidak seperti hewan yang pernah hidup. Tapi pada akar dari mitos dan legenda tersebut, kita dapat menemukan sedikit kebenaran dari peristiwa, seseorang, atau hewan apa yang kemudian mengilhami mitologi tersebut selama ribuan tahun. Yang kemudian dapat kita lihat pada hewan-hewan dibawah ini, yang sebenarnya adalah hewan nyata namun dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan orang pada saat itu justru lahir menjadi sebuah mitos.


1. Cyclops


Cyclops adalah ras raksasa bermata satu dalam literatur Yunani dan Romawi kuno, khususnya Homer's Odyssey, di mana Ulysses bertempur dengan Cyclops Polyphemus yang kejam.  Teori mengenai asal-usul Cyclops adalah karena diilhami oleh penemuan fosil Deinotherium di Pulau Kreta Yunani. Itu berati cerita Cyclops diilhami dari spesies proboscidea, yang didalamnya termasuk gajah, mammoth, mastodon dan stegodon. Bagaimana bisa Deinotherium yang bermata dua menginspirasi monster bermata satu? Nah, tengkorak gajah fosil memiliki lubang tunggal yang menonjol di mana belalai dulunya menempel. Karena belalai terbuat dari otot dan tidak memfosil maka pada fosil tengkorak Deinotherium akan terbentuk seperti lubang yang menyerupai mata besar bagi orang-orang awam pada masa itu. Tentu dapat dengan mudah bagi seorang penggembala Romawi atau Yunani yang awam untuk membayangkan "monster bermata satu" ketika melihat fosil ini.

2. Roc 



Cerita tentang burung pemangsa yang mampu membawa terbang anak, orang dewasa, atau bahkan gajah dewasa yang bernama Roc adalah cerita populer tentang dongeng-dongeng dari Arab kuno. Legenda ini lalu perlahan-lahan menyebar ke Eropa Barat. Cerita Roc mungkin tercipta berdasarkan Burung Gajah Aepyornis dari Madagaskar yang dapat memiliki tinggi 3 meter lebih dengan berat lebih dari setengah ton, yang  punah pada abad ke-16. Burung Gajah dapat dengan mudah dideskripsikan kepada pedagang Arab dan juga penduduk pulau Madagascar. Fakta yang lainnya  adalah Burung Gajah tidak dapat terbang seperti cerita Roc dan merupakan pemakan buah-buahan, bukan anak manusia ataupun gajah.

3. Griffin 




Griffin  adalah binatang berkaki empat, cakar besar, paruh burung dan berbadan singa yang pertama kali muncul dalam literatur Yunani sekitar abad ke-7 SM, tak lama setelah pedagang Yunani melakukan kontak dengan pedagang Scythian di timur. Setidaknya satu folklorist mengusulkan bahwa Griffin lahir akibat penemuan fosil dinosaurus ceratopsian Protoceratops, dinosaurus seukuran babi dari Asia tengah yang mirip dengan ciri-ciri Griffin. Dengan paruh seperti burung dan bentuk kepala. Para pengembara Scythia banyak menemukan fosil-fosil Protoceratops selama perjalanan mereka melintasi Mongolia, dimana banyak fosil Protoceratops banyak dtemukan dan tidak memiliki pengetahuan tentang kehidupan selama Era Mesozoikum, sehingga bisa dengan mudah membayangkan fosil-fosil tersebut merupakan sisa-sia dari makhluk seperti Griffin.


4. Unicorn 


Ketika membahas asal-usul mitos Unicorn, terdapat dua versi unicorn, yaitu Unicorn Eropa  yang tampaknya telah terinspirasi oleh Paus Narwhals bertanduk panjang  dan Unicorn Asia, yang asal-usulnya terselubung dalam prasejarah. Unicorn Asia mungkin diilhami dari Elasmotherium, nenek moyang badak bercula panjang yang berkeliaran di dataran Eurasia hingga 10.000 tahun yang lalu, tak lama setelah Zaman Es terakhir.

Sunday, 2 June 2019

Elang Haast's, Burung Pemangsa Moa Raksasa


Elang Haast’s adalah spesies elang yang telah punah yang pernah hidup di Pulau Selatan Selandia Baru. Spesies ini adalah elang terbesar yang pernah ditemukan. Ukurannya yang besar dijelaskan sebagai respons evolusioner terhadap ukuran mangsanya, burung Moa yang bisa berbobot hingga 230 kg. Elang Haast punah sekitar tahun 1400 AD, setelah moa diburu hingga punah oleh suku Maori pertama.

Dengan lebar sayap hingga 3 meter, dan berat 15 kilogram, Elang Haast’s adalah elang terbesar yang pernah ada di dunia. Sayapnya relatif pendek dan kakinya lebih kuat daripada elang lainnya. Ukuran dan kekuatan kaki dan cakar menunjukkan bahwa ia adalah predator yang efektif dan aktif, mampu membunuh mangsa yang sangat besar.

Elang Haast’s bukan burung yang beradaptasi untuk perburuan  jarak jauh. Sayap yang relatif pendek untuk elang seukurannya dibandingkan burung elang lainnya merupakan indikasi yang jelas bahwa Elang Haast beradaptasi untuk terbang di antara pohon-pohon dan lokasi lain di mana tidak ada banyak ruang untuk membuka sayap. Secara proporsional, ekornya cenderung lebar untuk menutupi area permukaan yang lebih besar  yang akan membantu menciptakan daya angkat tanpa perlu membutuhkan sayap yang lebih lebar. Ekor yang besar juga memungkinkan ia untuk terbang dengan kecepatan rendah yang stabil dan lebih bermanuver serta memungkinkan Elang Haast's untuk memiliki kemampuan luar biasa dalam belokan tajam  saat terbang di antara pepohonan.

Elang Haast’s juga dianggap memiliki rahang yang lebih besar daripada elang modern, serta memiliki beberapa cakar panjang di kakinya. Cakar Elang Haast's  memiliki kemiripan bentuk dengan Harpy Elang (Harpia harpyja). Cakar-cakar ini panjangnya antara 4,9 cm hingga 6 cm untuk jari kaki depan sedangkan cakar hallux (jari kaki belakang yang berlawanan dengan yang lain) mencapai 10,5 cm, cakar inilah yang akan menjadi senjata pembunuh utama.


Harpagornis moorei skull.jpg



Elang Haast’s beradaptasi untuk berburu dan membunuh mangsa besar.  Satu-satunya mangsa besar yang sesuai di Selandia Baru untuk pemangsa sebesar itu adalah burung Moa. Moa adalah burung besar yang tidak dapat terbang yang diketahui oleh beberapa genera, yang terbesar di antaranya dari genus Dinornis yang dapat tumbuh hingga sekitar 3,6 meter tingginya dengan berat 230 kg. Burung-burung ini mendiami hutan yang menutupi Selandia Baru selama masa Pleistosen dan Holosen.

Kepunahan burung Elang Haast's relatif baru. Bukti menunjukkan bahwa elang raksasa ini ada ketika Suku Maori pertama kali tiba di Selandia Baru sekitar 800 tahun yang lalu, dan laporan menunjukkan bahwa elang itu "mungkin" masih ada ketika orang Eropa tiba di awal 1800-an. Legenda Maori, yaitu Pouakai tidak diragukan lagi merujuk pada sisa-sisa tulang belulang dari Elang Haast yang telah ditemukan di dalam situs-situs yang disakralkan oleh Suku Maori.

Karena itu tidak bisa beradaptasi dengan perubahan, seperti predator besar lainnya, kebutuhan akan makanan Elang Haast’s yang berubah dengan menghilangnya Burung Moa memaksa mereka berburu di daerah yang sangat luas. Ini menyebabkan kepadatan populasi yang. Seperti burung pemangsa besar lainnya, mungkin Elang Haast’s juga memiliki tingkat reproduksi yang sangat rendah. Ini membuatnya sangat rentan terhadap perubahan dramatis yang diakibatkan oleh kedatangan manusia, seperti pembukaan hutan yang tidak hanya mengurangi habitat yang tersedia untuk Elang Haast’s tetapi juga secara signifikan mengurangi jumlah mangsa yang tersedia. Selain perburuan oleh Maori yang menyebabkan kepunahan Moa, Suku Maori kemungkinan telah mencoba membunuh elang di berbagai kesempatan, mungkin untuk melindungi diri mereka dari elang berukuran 3 meter yang mereka anggap berbahaya untuk mereka. Jumlah elang Haast segera turun drastis dan akhirnya punah.