Monday 17 June 2019

Tiga Dinosaurus Pemangsa Besar Amerika Selatan.

Mapusaurus by Fabio Pastori

Amerika Selatan pada masa Cretaceous dulu dihuni oleh beragam jenis dinosaurus, beberapa diantaranya bahkan termasuk diantara yang terbesar yang pernah ada. Dari sauropoda pemakan tumbuhan raksasa seperti Argentinosaurus, Patagotitan dan Puertasaurus hingga dinosaurus pemangsanya yang juga tidak kalah besar seperti Giganotosaurus dan Mapusaurus yang ukurannya menyamai dan bahkan mungkin sedikit lebih besar dari Tyrannosaurus, raja dari Amerika Utara. Pada kesempatan kali ini, Paleontologi ID blog akan merangkum tiga dinosaurus pemangsa besar dari Amerika Selatan ini, yaitu Tyrannotitan, Mapusaurus dan Giganotosaurus. 


1. Tyrannotitan 


Tyrannotitan by Sergey Krasovskiy


Tyrannotitan adalah genus dinosaurus karnivora bipedal besar dari keluarga Carcharodontosaurid dari periode Cretaceous awal, ditemukan di Argentina. Ia berkerabat dekat dengan Carcharodontosaurus, Giganotosaurus serta Mapusaurus. Namanya berarti "Tyrant titan". Panjang dinosaurus ini diperkirakan mencapai 11–12 meter. Pada 2010, Gregory S. Paul memberikan perkiraan lebih panjang, yaitu 13 meter (43 kaki). Beratnya diperkirakan antara 5 hingga 7 ton. Tyrannotitan adalah Carcharodontosaurid raksasa tertua secara geologis bersama dengan Acrocanthosaurus dari Amerika Utara (keduanya ditemukan di batuan zaman Aptian). Tyrannotitan Chubutensis dideskripsikan oleh Fernando E. Novas, Silvina de Valais, Pat Vickers-Rich, dan Tom Rich pada tahun 2005. Fosil-fosilnya ditemukan di La Juanita Farm, 28 kilometer (17 mil) timur laut dari Paso de Indios, Provinsi Chubut, Argentina . Mereka diyakini berasal dari Anggota Cerro Castaño, Formasi Cerro Barcino (tahap Aptian) sekitar 112 - 121 juta tahun yang lalu.




Gigi Tyrannotitan tampaknya tidak berkembang sebaik gigi-gigi lain dari kelompoknya seperti yang terlihat di Carcharadontosaurus. Gigi Tyrannotitan tidak memudahkan pengirisan namun bentuk mirip dengan gigi Allosaurida seperti Allosaurus, mengingat bahwa Carcharodontosaurid dianggap berasal dari Allosaurid. 

2. Mapusaurus 

Mapusaurus by Frank Lode

Mapusaurus adalah dinosaurus pemangsa besar yang mendiami Amerika Selatan pada Masa Cretaceous atau sekitar 100 juta tahun yang lalu. Mapusaurus pertama kali ditemukan antara 1997 dan 2001 oleh tim gabungan Kanada-Argentina di Argentina. Kemudian di tahun 2006,nama Mapusaurus diberikan oleh ahli paleontologi Phil Currie dan Rodolfo Coria, sebuah nama yang berarti "kadal bumi" atau "kadal tanah." Satu-satunya spesies yang ditemukan diberi nama Mapusaurus Roseae. Nama ini diberikan bukan hanya karena bebatuan indah tempat fosil ditemukan, tapi juga untuk menghormati Rose Letwin - yang kebetulan mensponsori ekspedisi yang membantu menemukan fosil-fosil Mapusaurus. Mapusaurus memiliki ukuran maksimal sepanjang 12 meter dengan berat 5 ton. 



Mapusaurus hidup di wilayah dan masa yang sama dengan salah satu hewan darat terbesar yang pernah hidup, yaitu sauropoda raksasa Argentinosaurus, yang memiliki panjang maksimal 30 meter dan berat hingga 75 ton. Kemungkinan Mapusaurus juga memangsa dinosaurus ini, namun Mapusaurus yang sendirian akan kesulitan untuk menjatuhkan Argentinosaurus dewasa yang sehat. Tapi dengan bekerja sama secara berkelompok kecil, Mapusaurus dapat memangsa Argentinosaurus remaja atau yang sudah tua dan sakit. 


3. Giganotosaurus

Giganotosaurus by Todd Marshall

Giganotosaurus adalah genus dinosaurus pemangsa besar lainnya dari Amerika Selatan yang pertama kali ditemukan oleh Ruben Dario Carolini di Argentina pada tahun 1993. Nama Giganotosaurus merupakan bahasa Yunani dari "Kadal Raksasa dari Selatan" merujuk dari ditemukannya dinosaurus ini di Amerika Selatan. Genus Giganotosaurus hanya terdiri dari satu spesies, yaitu G. Carolinii, untuk menghormati sang penemu. 



Giganotosaurus dipercaya dapat tumbuh lebih besar dari dinosaurus yang digembor-gemborkan sebagai rajanya dinosaurus,Tyrannosaurus Rex. Walaupun hal ini hanya didasari dari specimen fosil yang hanya 70% lengkap. Giganotosaurus dapat tumbuh hingga 13 meter panjangnya dengan berat 10 ton. Giganotosaurus merupakan dinosaurus pemangsa terbesar dari Amerika Selatan, lebih besar dari dua dinosaurus pemangsa lainnya di atas, yaitu Tyrannotitan dan Mapusaurus. Giganotosaurus mungkin merupakan predator puncak di ekosistemnya. Ia berbagi lingkungan dengan dinosaurus herbivora seperti sauropoda  Andesaurus,  Limaysaurus dan Nopcsaspondylus yang menjadi mangsanya. 

Gorgosaurus, Tiran dari Kanada


Gorgosaurus by Pablo Lara

Gorgosaurus adalah genus dinosaurus pemangsa di bawah sub-suku Albertosaurinae dan suku Tyrannosauridae, yang hidup sekitar 76.6 juta tahun hingga 75.1 juta tahun yang lalu pada masa Cretaceous akhir. Nama Gorgosaurus diambil dari bahasa Yunani, "Gorgos" yang berarti "menakutkan" dan "Saurus" yang berarti "Kadal", sedangkan nama spesies "libratus" diambil dari bahasa latin yang berarti "Penyeimbang". Fosilnya pertama kali ditemukan oleh Charles M. Sternberg pada tahun 1913 berupa kerangka hampir utuh lengkap dengan tengkorak. Fosil tersebut kemudian disimpan dan diteliti di museum alam Kanada di Ottawa.

Gorgosaurus diletakan dalam sub-famili Albertosaurinae, didalam  famili Tyrannosauridae. Gorgosaurus juga paling berkerabat erat dengan Albertosaurus yang sama-sama berasal dari Alberta, Kanada.. Dikarenakan keduanya memiliki ciri yang hampir sama, mereka sempat dianggap 1 genus selama bertahun-tahun. Gorgosaurus berukuran lebih kecil dari Tyrannosaurus atau Tarbosaurus, namun ukurannya hampir sama dengan  Albertosaurus dan Daspletosaurus. Spesimen Gorgosaurus dewasa diperkirakan dapat mencapai panjang 8-9 meter dengan berat  3 ton. Sama seperti Tyrannosauridae lainnya, Gorgosaurus juga memiliki kepala yang besar dengan panjang tengkoraknya saja mencapai 1 meter.

Gorgosaurus hidup di dataran banjir yang subur dengan peran sebagai predator puncak bersama dengan beberapa spesies dinosaurus lain seperti  Centrosaurus dan Pachyrhinosaurus serta Hadrosauria seperti Edmontosaurus dan Hypacrosaurus yang dapat menjadi mangsanya. Di beberapa tempat, Ia juga harus berbagi habitat dengan dinosaurus Tyrannosauridae lainnya, Daspletosaurus. Dua dinosaurus pemangsa ini memiliki ukuran yang hampir sama, diperkirakan keduanya memiliki perbedaan peran dan gaya hidup yang berbeda di lingkungan mereka untuk membuat mereka dapat hidup berdampingan tanpa adanya persaingan yang ketat antar predator puncak.

Dire Wolf, Serigala Yang Mengerikan



Dire Wolf yang berarti “Serigala yang mengerikan” termasuk hewan pemangsa purba yang terkenal dari Amerika Utara. Dire Wolf hidup sekitar 125.000 hingga 10.000 tahun yang lalu. Secara teknis, Dire Wolf merupakan "hypercarnivora,"yang makanan serigala ini terdiri dari setidaknya 70 persen daging. Sebagian besar predator mamalia dari Era Kenozoikum (termasuk Sabertooth) adalah hypercarnivore dan begitu pula anjing dan kucing modern. Hypercarnivora dibedakan dengan gigi taring yang besar dan mengiris, yang berevolusi untuk dengan mudah memotong daging mangsa.


Skeletons look identical
Canis Lupus (Serigala Abu-Abu) dan Canis Dirus (Dire Wolf) 


Dire Wolf adalah predator yang tangguh, berukuran hampir 1,5 meteri dari kepala ke ekor dan beratnya sekitar 75 hingga 90 kilogram, sekitar 25 persen lebih besar dari anjing terbesar yang hidup sekarang dan 25 persen lebih berat daripada serigala abu-abu terbesar. Dire Wolf jantan memiliki ukuran yang sama dengan betina, tetapi jantan memiliki taring yang lebih besar dan lebih mengancam. Ini mungkin meningkatkan daya tarik mereka selama musim kawin dan meningkatkan kemampuan mereka untuk berburu dan membunuh mangsa mereka.


Incisors at the front, followed by canines, followed by premolars, followed by molars at the back


Paleontolog berspekulasi bahwa Dire Wolf (Canis dirus) mungkin juga merupakan canidae "penghancur tulang", mengekstraksi sebanyak mungkin nutrisi dari makanannya hingga ke tulang-tulang mangsanya dengan menghancurkan tulang mangsanya dan memakan sumsum di dalamnya. Ini akan menempatkan Dire Wolf  lebih dekat ke arus utama evolusi anjing daripada beberapa fauna Pleistosen lainnya, misalnya, leluhur anjing penghancur tulang yang terkenal, Borophagus atau Epicyon. Serigala Dire memiliki gigitan terkuat diantara serigala lainnya, hal ini tentu memudahkannya dalam berburu mamalia Megafauna seperti kuda, Mastodon, bison, unta dll.

Seperti kebanyakan mamalia megafauna lainnya dari zaman Pleistosen akhir Dire Wolf menghilang tak lama setelah Zaman Es terakhir, kemungkinan besar ditakdirkan oleh lenyapnya mangsanya. Serigala Dire punah bersama dengan berbagai spesies Megafauna lainnya dalam Kepunahan Quaternary 10.000 tahun yang lalu. 

Epicyon, Anjing Penghancur Tulang


Keterangan foto tidak tersedia.

Epicyon adalah salah satu anjing purba  sejati terbesar yang pernah hidup di Amerika Utara. Mereka hidup sekitar 15 hingga 5 juta tahun yang lalu  dari Periode Miosen Tengah hingga Akhir. Epicyon pertama kali ditemukan pada pertengahan abad ke-19 dan dinamai oleh Joseph Leidy pada tahun 1858. Namanya berarti "lebih dari seekor anjing". Epicyon masuk ke keluarga umum yang sama dengan serigala, hyena, dan anjing modern, dan merupakan binatang buas yang berbeda sama sekali dari mamalia "creodont" non-canid (dicirikan oleh Sarkastodon raksasa) yang tersebar di dataran Amerika Utara selama jutaan tahun sebelum zaman Miosen.

Spesies terbesar Epicyon , Epicyon haydeni panjangnya sekitar 1,5 meter dan beratnya sekitar170 kilogram. Ia memiliki rahang dan gigi yang besar dan kuat yang membuat kepalanya terlihat lebih seperti milik kucing besar daripada anjing atau serigala. Paleontolog tidak tahu banyak tentang kebiasaan makan Epicyon, apakah hewan ini mungkin berburu sendiri atau secara berkelompok, atau bahkan mungkin hidup secara eksklusif dengan memakan bangkai yang sudah mati, seperti hyena mengingat rahang kuat Epicyon mampu menghancurkan tulang, sehingga ia mendapat nama julukannya, yaitu “Bone crusher” atau penghancur tulang.

Epicyon diketahui terdiri dari tiga spesies, yang semuanya ditemukan di Amerika Utara bagian barat pada abad ke-19 dan ke-20. Spesies paling kecil, Epicyon saevus, dinamai oleh ahli paleontologi Amerika terkenal Joseph Leidy dan hanya berbobot sekitar 45 kilogram. Spesies kedua, Epicyon haydeni juga dinamai oleh Leidy. Ia adalah spesies Epicyon terbesar, beratnya bisa mencapai 170 kilogram. Sementara spesies Epicyon terakhir, Epicyon aelurodontoides, ditemukan di Kansas pada tahun 1999.

Monday 10 June 2019

Asal - Usul Legenda Hewan Mitologi


Mitos merupakan hal yang kental bagi kehidupan masyarakat kuno. Banyak dari mitos-mitos ini melahirkan hewan-hewan legendaris yang tampaknya tidak seperti hewan yang pernah hidup. Tapi pada akar dari mitos dan legenda tersebut, kita dapat menemukan sedikit kebenaran dari peristiwa, seseorang, atau hewan apa yang kemudian mengilhami mitologi tersebut selama ribuan tahun. Yang kemudian dapat kita lihat pada hewan-hewan dibawah ini, yang sebenarnya adalah hewan nyata namun dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan orang pada saat itu justru lahir menjadi sebuah mitos.


1. Cyclops


Cyclops adalah ras raksasa bermata satu dalam literatur Yunani dan Romawi kuno, khususnya Homer's Odyssey, di mana Ulysses bertempur dengan Cyclops Polyphemus yang kejam.  Teori mengenai asal-usul Cyclops adalah karena diilhami oleh penemuan fosil Deinotherium di Pulau Kreta Yunani. Itu berati cerita Cyclops diilhami dari spesies proboscidea, yang didalamnya termasuk gajah, mammoth, mastodon dan stegodon. Bagaimana bisa Deinotherium yang bermata dua menginspirasi monster bermata satu? Nah, tengkorak gajah fosil memiliki lubang tunggal yang menonjol di mana belalai dulunya menempel. Karena belalai terbuat dari otot dan tidak memfosil maka pada fosil tengkorak Deinotherium akan terbentuk seperti lubang yang menyerupai mata besar bagi orang-orang awam pada masa itu. Tentu dapat dengan mudah bagi seorang penggembala Romawi atau Yunani yang awam untuk membayangkan "monster bermata satu" ketika melihat fosil ini.

2. Roc 



Cerita tentang burung pemangsa yang mampu membawa terbang anak, orang dewasa, atau bahkan gajah dewasa yang bernama Roc adalah cerita populer tentang dongeng-dongeng dari Arab kuno. Legenda ini lalu perlahan-lahan menyebar ke Eropa Barat. Cerita Roc mungkin tercipta berdasarkan Burung Gajah Aepyornis dari Madagaskar yang dapat memiliki tinggi 3 meter lebih dengan berat lebih dari setengah ton, yang  punah pada abad ke-16. Burung Gajah dapat dengan mudah dideskripsikan kepada pedagang Arab dan juga penduduk pulau Madagascar. Fakta yang lainnya  adalah Burung Gajah tidak dapat terbang seperti cerita Roc dan merupakan pemakan buah-buahan, bukan anak manusia ataupun gajah.

3. Griffin 




Griffin  adalah binatang berkaki empat, cakar besar, paruh burung dan berbadan singa yang pertama kali muncul dalam literatur Yunani sekitar abad ke-7 SM, tak lama setelah pedagang Yunani melakukan kontak dengan pedagang Scythian di timur. Setidaknya satu folklorist mengusulkan bahwa Griffin lahir akibat penemuan fosil dinosaurus ceratopsian Protoceratops, dinosaurus seukuran babi dari Asia tengah yang mirip dengan ciri-ciri Griffin. Dengan paruh seperti burung dan bentuk kepala. Para pengembara Scythia banyak menemukan fosil-fosil Protoceratops selama perjalanan mereka melintasi Mongolia, dimana banyak fosil Protoceratops banyak dtemukan dan tidak memiliki pengetahuan tentang kehidupan selama Era Mesozoikum, sehingga bisa dengan mudah membayangkan fosil-fosil tersebut merupakan sisa-sia dari makhluk seperti Griffin.


4. Unicorn 


Ketika membahas asal-usul mitos Unicorn, terdapat dua versi unicorn, yaitu Unicorn Eropa  yang tampaknya telah terinspirasi oleh Paus Narwhals bertanduk panjang  dan Unicorn Asia, yang asal-usulnya terselubung dalam prasejarah. Unicorn Asia mungkin diilhami dari Elasmotherium, nenek moyang badak bercula panjang yang berkeliaran di dataran Eurasia hingga 10.000 tahun yang lalu, tak lama setelah Zaman Es terakhir.

Sunday 2 June 2019

Elang Haast's, Burung Pemangsa Moa Raksasa


Elang Haast’s adalah spesies elang yang telah punah yang pernah hidup di Pulau Selatan Selandia Baru. Spesies ini adalah elang terbesar yang pernah ditemukan. Ukurannya yang besar dijelaskan sebagai respons evolusioner terhadap ukuran mangsanya, burung Moa yang bisa berbobot hingga 230 kg. Elang Haast punah sekitar tahun 1400 AD, setelah moa diburu hingga punah oleh suku Maori pertama.

Dengan lebar sayap hingga 3 meter, dan berat 15 kilogram, Elang Haast’s adalah elang terbesar yang pernah ada di dunia. Sayapnya relatif pendek dan kakinya lebih kuat daripada elang lainnya. Ukuran dan kekuatan kaki dan cakar menunjukkan bahwa ia adalah predator yang efektif dan aktif, mampu membunuh mangsa yang sangat besar.

Elang Haast’s bukan burung yang beradaptasi untuk perburuan  jarak jauh. Sayap yang relatif pendek untuk elang seukurannya dibandingkan burung elang lainnya merupakan indikasi yang jelas bahwa Elang Haast beradaptasi untuk terbang di antara pohon-pohon dan lokasi lain di mana tidak ada banyak ruang untuk membuka sayap. Secara proporsional, ekornya cenderung lebar untuk menutupi area permukaan yang lebih besar  yang akan membantu menciptakan daya angkat tanpa perlu membutuhkan sayap yang lebih lebar. Ekor yang besar juga memungkinkan ia untuk terbang dengan kecepatan rendah yang stabil dan lebih bermanuver serta memungkinkan Elang Haast's untuk memiliki kemampuan luar biasa dalam belokan tajam  saat terbang di antara pepohonan.

Elang Haast’s juga dianggap memiliki rahang yang lebih besar daripada elang modern, serta memiliki beberapa cakar panjang di kakinya. Cakar Elang Haast's  memiliki kemiripan bentuk dengan Harpy Elang (Harpia harpyja). Cakar-cakar ini panjangnya antara 4,9 cm hingga 6 cm untuk jari kaki depan sedangkan cakar hallux (jari kaki belakang yang berlawanan dengan yang lain) mencapai 10,5 cm, cakar inilah yang akan menjadi senjata pembunuh utama.


Harpagornis moorei skull.jpg



Elang Haast’s beradaptasi untuk berburu dan membunuh mangsa besar.  Satu-satunya mangsa besar yang sesuai di Selandia Baru untuk pemangsa sebesar itu adalah burung Moa. Moa adalah burung besar yang tidak dapat terbang yang diketahui oleh beberapa genera, yang terbesar di antaranya dari genus Dinornis yang dapat tumbuh hingga sekitar 3,6 meter tingginya dengan berat 230 kg. Burung-burung ini mendiami hutan yang menutupi Selandia Baru selama masa Pleistosen dan Holosen.

Kepunahan burung Elang Haast's relatif baru. Bukti menunjukkan bahwa elang raksasa ini ada ketika Suku Maori pertama kali tiba di Selandia Baru sekitar 800 tahun yang lalu, dan laporan menunjukkan bahwa elang itu "mungkin" masih ada ketika orang Eropa tiba di awal 1800-an. Legenda Maori, yaitu Pouakai tidak diragukan lagi merujuk pada sisa-sisa tulang belulang dari Elang Haast yang telah ditemukan di dalam situs-situs yang disakralkan oleh Suku Maori.

Karena itu tidak bisa beradaptasi dengan perubahan, seperti predator besar lainnya, kebutuhan akan makanan Elang Haast’s yang berubah dengan menghilangnya Burung Moa memaksa mereka berburu di daerah yang sangat luas. Ini menyebabkan kepadatan populasi yang. Seperti burung pemangsa besar lainnya, mungkin Elang Haast’s juga memiliki tingkat reproduksi yang sangat rendah. Ini membuatnya sangat rentan terhadap perubahan dramatis yang diakibatkan oleh kedatangan manusia, seperti pembukaan hutan yang tidak hanya mengurangi habitat yang tersedia untuk Elang Haast’s tetapi juga secara signifikan mengurangi jumlah mangsa yang tersedia. Selain perburuan oleh Maori yang menyebabkan kepunahan Moa, Suku Maori kemungkinan telah mencoba membunuh elang di berbagai kesempatan, mungkin untuk melindungi diri mereka dari elang berukuran 3 meter yang mereka anggap berbahaya untuk mereka. Jumlah elang Haast segera turun drastis dan akhirnya punah.

Wednesday 22 May 2019

Skala Waktu Geologi (GTS) Bumi


Skala waktu geologis (GTS) adalah sistem penanggalan kronologis yang menghubungkan strata geologi dengan waktu dan digunakan oleh ahli geologi, ahli paleontologi, dan ilmuwan lainnya untuk menggambarkan waktu dan hubungan peristiwa yang telah terjadi selama sejarah Bumi. Bukti-bukti dari penanggalan radiometri menunjukkan bahwa Bumi telah berusia 4,54 miliar tahun.Waktu geologi bumi disusun menjadi beberapa urutan peristiwa yang terjadi pada tiap periode. 

Geokronologi dari yang terbesar ke yang terkecil :
1.     Supereon
2.     Eon
3.     Era
4.     Periode
5.     Epoch
6.     Age
7.     Chronzone

A.          Pre-Cambrian/Cryptozoic Supereon (4,6 miliar – 541 juta tahun)

1)    Hadean Eon (4,6 – 4 miliar tahun yang lalu)
a.     Paleohadean Era ( 4,6 – 4,3 miliar tahun yang lalu)
b.     Mesohadean Era ( 4,3 – 4,1 miliar tahun yang lalu)
c.      Neohadean Era (4,1-3,9 miliar tahun yang lalu)
2)    Archean Eon (4 – 2,5 miliar tahun yang lalu)
a.     Eoarchean Era (4 - 3,6 miliar tahun yang lalu)
b.     Paleoarchean Era (3,6-3,2 miliar tahun yang lalu)
c.      Mesoarchean Era (3,2-2,8 miliar tahun yang lalu)
d.     Neoarchean Era (2,8-2,5 miliar tahun yang lalu)
3)    Proterozoic Eon atau Proterozoikum (2,5 miliar tahun – 541 juta tahun yang lalu)
a.     Paleoproterozoic Era (2,5-1,6 miliar tahun yang lalu)
1.  Periode Siderian (2,5 – 2,3 miliar tahun yang lalu)
2.  Periode Rhyacian (2,3-2,05 miliar tahun yang lalu)
3.  Periode Orosirian (2,05 -1,8 milliar tahun yang lalu)
4.  Periode Statherian (1,8 – 1,6 miliar tahun yang lalu)
b.     Mesoproterozoic Era (1,6-1 miliar tahun yang lalu)
1.  Periode Calymmian (1,6-1,4 miliar tahun yang lalu)
2.  Periode Ectasian (1,4-1,2 miliar tahun yang lalu)
3.  Periode Stenian (1,2 – 1 miliar tahun yang lalu)
c.      Neoproterozoic Era (satu miliar – 541 juta tahun yang lalu)
1.  Periode Tonian (satu miliar – 720 juta tahun yang lalu)
2.  Periode Cryogenian (720-635 juta tahun yang lalu)
3.  Periode Ediacaran  (635-541 juta tahun yang lalu)
4)    Phanerozoic Eon atau Fanerozoikum (541 – saat ini)
a.     Paleozoic Era atau Paleozoikum (541-251 juta tahun yang lalu)
1.  Periode Cambrian (541-485 juta tahun yang lalu)
2.  Periode Ordovician (485-443 juta tahun yang lalu)
3.  Periode Silurian (443-419 juta tahun yang lalu)
4.  Periode Devonian (419-360 juta tahun yang lalu)
5.  Periode Karboniferous (360-298 juta tahun yang lalu)
6.  Periode Permian (298-251 juta tahun yang lalu)
b.     Mesozoic Era atau Mesozoikum (251-66 juta tahun yang lalu)
1.  Periode Triassic (251-201 juta tahun yang lalu)
a)     Early Triassic Epoch (251-247 juta tahun yang lalu)
b)    Middle Triassic Epoch (247-237 juta tahun yang lalu)
c)     Late Triassic Epoch (237-201 juta tahun yang lalu)
2.  Periode Jurassic (201-145 juta tahun yang lalu)
a)     Early Jurassic Epoch (201-174 juta tahun yang lalu)
b)    Middle Jurassic Epoch (174-163 juta tahun yang lalu)
c)     Late Jurassic Epoch (163-145 juta tahun yang lalu)
3.  Periode Cretaceous (145-66 juta tahun yang lalu)
a)     Early Cretaceous Epoch (145-100 juta tahun yang lalu)
b)    Late Cretaceous Epoch (100-66 juta tahun yang lalu)
c.      Cenozoic Era atau Neozoikum (66 juta tahun- saat ini)
1.  Periode Paleogene (66-23 juta tahun yang lalu)
a)     Paleocene Epoch (66-56 juta tahun yang lalu)
b)    Eocene Epoch (56-34 juta tahun yang lalu)
c)     Oligocene Epoch (34-23 juta tahun yang lalu)
2.  Periode Neogene (23-2,5 juta tahun yang lalu)
a)     Miocene Epoch (23-5,3 juta tahun yang lalu)
b)    Pliocene Epoch (5,3-2,5 juta tahun yang lalu)
3.  Periode Quaternary (2,5 sampai saat ini)
a)     Pleistocene Epoch (2,5 juta tahun – 11.700 tahun yang lalu)
b)    Holocene Epoch (11.700 tahun – saat ini)


~ Gigantopithecus 

Sunday 19 May 2019

Arctodus Simus, Beruang Raksasa dari Amerika Utara


Short-faced Bear (Arctodus spp.) adalah genus beruang yang menghuni Amerika Utara selama zaman Pleistosen dari sekitar 1,8 juta tahun hingga 11.000 tahun yang lalu dan merupakan beruang Amerika Utara awal yang paling umum dan paling banyak di California. Ada dua spesies yang diketahui, yaitu Arctodus pristinus dan Arctodus simus, yang dianggap sebagai salah satu karnivora mamalia darat terbesar yang pernah ada. Dihipotesakan bahwa kepunahan mereka bertepatan dengan periode Younger Dryas dari pendinginan global yang dimulai sekitar 10.900 SM.

Short-faced Bear tergabung kedalam sekelompok beruang yang dikenal sebagai Tremarctinae, yang muncul di Amerika Utara pada awal dari periode Miosen akhir dari genus Plionarctos, sebuah genus yang dianggap sebagai leluhur Arctodus. Selama The Great America Interchange yang diikuti dengan bergabungnya Amerika Utara dan Selatan, Tremarctine termasuk kedalam daftar fauna Amerika Utara yang menyerbu Amerika Selatan, yang kemudian melahirkan Arctotherium dan Beruang Berkacamata modern (Tremarctos ornatus). Meskipun sejarah awal Arctodus Simus tidak banyak diketahui, namun Arctodus mulai menyebar luas di Amerika Utara sejak sekitar 800.000 tahun yang lalu.

Arctodus Simus pertama kali muncul pada masa Pleistosen tengah di Amerika Utara, sekitar 800.000 tahun yang lalu, dan tersebar mulai dari Alaska hingga Mississippi namun kemudian punah sekitar 11.600 tahun yang lalu. Fosilnya pertama kali ditemukan di Gua Potter Creek, Shasta County, California. Kerangka beruang berwajah pendek raksasa juga telah ditemukan di Indiana, ditemukan di selatan Rochester yang kemudian menjadi terkenal di kalangan peneliti karena itu adalah kerangka paling lengkap dari Short-faced Bear yang ditemukan di Amerika. Tulang aslinya kini berada di Field Museum, Chicago. 


Dalam sebuah studi terbaru, massa dari enam spesimen Arctodus Simus, diperkirakan memiliki berat sekitar 900 kg, dengan yang terbesar mencapai 957 kg. Tingginya dapat mencapai 2,4 hingga 3 meter jika berdiri dengan kaki belakangnya, dengan spesimen terbesar jika berdiri bahkan dapat mencapai 3,4-3,7 meter dengan jangkauan lengan hingga 4 meter keatas. Saat berjalan dengan keempat kaki, tingginya mencapai 1,5-1,8 m hingga bahu dan cukup tinggi untuk menatap langsung mata manusia. Di Riverbluff Cave, Missouri, serangkaian tanda cakar setinggi 4,5 meter telah ditemukan di sepanjang dinding gua yang mengindikasikan beruang yang membuat tanda cakaran tersebut memiliki tinggi hingga 3,6 meter.


Arctodus telah muncul berulang kali di media populer dengan nama umum 'Giant Short-Faced Bear'. Arctodus juga berkerabat dengan beruang besar lainnya seperti Arctotherium dari Amerika Selatan. Walaupun spesimen  dari Arctodus mungkin sedikit lebih besar dalam hal ukuran kerangka, Arctotherium memiliki tubuh yang lebih kekar dan besar sehingga menjadikannya beruang yang lebih besar dari Arctodus Simus.

Wednesday 15 May 2019

Arctotherium Angustidens, Beruang Terbesar dari Amerika Selatan


Arctotherium.jpg

Arctotherium adalah genus beruang pendek dar Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang telah punah yang hidup pada Pleistocene Epoch. Nenek moyang mereka bermigrasi dari Amerika Utara ke Amerika Selatan selama The Great American Interchange, setelah pembentukan Isthmus di Panama selama akhir Pliocene. Fosil tertua yang pernah ditemukan adalah spesies  Arctotherium Angustidens dari Buenos Aires, Argentina, berasal dari Ensenadan Epoch, 0,98-1,76 juta tahun, dari Pleistocene Awal hingga Pleistocene  Tengah. Kerabat terdekat mereka yang masih hidup di zaman modern, diketahui adalah beruang berkacamata (Tremarctos ornatus).

Arctotherium dinamai oleh Hermann Burmeister pada tahun 1879. Spesies  A. angustidens dari Buenos Aires merupakan beruang terbesar yang pernah ditemukan, memiliki berat antara 983 kg hingga  2.042 kg (2.167 dan 4.502 lb), meskipun 1.588 kg hingga 1.749 kg (3.501 hingga 3.856 lb) lebih mungkin. Tapi hal tersebut  masih membuat genus ini beruang terbesar yang pernah ditemukan dan termasuk mamalia darat karnivora terbesar yang diketahui.

Ukurannya yang besar dikaitkan dengan meningkatnya persaingan dengan karnivora lain seperti jaguar, atau Smilodon, yang mengikuti penyebaran awal beruang berwajah pendek ke Amerika Selatan. Karnivora Amerika Utara yang menyerbu Amerika Selatan, termasuk beruang berwajah pendek dan Smilodon, mungkin dengan cepat mendominasi ceruk-ceruk pemangsa yang sebelumnya ditempati oleh kelompok-kelompok asli Amerika Selatan yang asli sebagai metatherian sparassodont dan burung karnivora phorusrhacid. Arctotherium juga diketahui membuat dan  memiliki sarang.

Friday 26 April 2019

Raksasa Dari Selatan, Argentinosaurus dan Patagotitan


Argentinosaurus by Jorge Antonio Gonzalez

Pada tahun 1987, sebuah fosil kaki dari dinosaurus raksasa ditemukan oleh seorang peternak di Argentina. Fosil ini sangat besar, awalnya ia mengiranya sebuah fosil pohon. Sebuah fosil tulang belakang setinggi 2 meter juga ditemukan. Fosil-fosil ini merupakan sisa-sisanya dari salah satu dinosaurus terbesar yang pernah berjalan di muka bumi, Argentinosaurus. Dinosaurus ini diyakini telah berjalan di Bumi selama periode Cretaceous Awal atau sekitar 92-100 juta tahun yang lalu. Belum banyak fosil Argentinosaurus yang berhasil digali. Hanya serangkaian ruas tulang berupa 6 dari tulang belakang, 5 dari daerah pinggul,  tulang rusuk sisi kanan daerah pinggul, bagian tulang rusuk dari panggul, dan  tulang kaki betis kanan. Salah satu ruas tulang ini setinggi 1,59 meter, dan  tulang betis sekitar 1,55 meter. Proporsi tulang dan perbandingan dengan dinosaurus sauropoda lainnya memungkinkan ahli paleontologi memperkirakan ukuran Argentinosaurus. 

Dilihat dari ukuran tulang-tulangnya para ahli memperkirakan ukuran dewasa Argentinosaurus memiliki panjang hingga 30 meter dan berat 75 ton, mampu mengkerdilkan hewan-hewan disekitarnya. Setelah menetas saja beratnya sudah mencapai 5 kilogram. Untuk tumbuh hingga ukuran dewasanya, bayi-bayi Argentinosaurus harus memacu porsi makannya. Dengan meneliti embrio Argentinosaurus dan melihat tulang yang dewasa, para ahli dapat mengetahui tingkat pertumbuhan Argentinosaurus. Hasilnya cukup mencengangkan. Dalam kurun waktu 40 tahun mereka dapat tumbuh dari hanya 5 kilogram menjadi 75.000 kilogram, ini berarti mereka tumbuh seberat 40 kilogram tiap harinya. Penelitian lain juga menunjukan bahwa Argentinosaurus terus tumbuh sepanjang hidupnya

Argentinosaurus juga diduga hidup secara berkelompok yang meliputi para dewasa dan remaja. Saat masa remaja inilah, Argentinosaurus berada pada masa paling rentannya. Argentinosaurus dewasa terlalu besar untuk bisa dimangsa oleh predator sehingga mereka tidak memiliki musuh alami. Para remajalah yang rentan terhadap bahaya pemangsa. Itulah sebabnya Argentinosaurus berpergian dalam kelompok, dimana yang dewasa dapat melindungi yang lebih muda. Banyak pemangsa besar dari amerika selatan yang hidup 100 juta tahun yang lalu seperti Mapusaurus sepanjang 10 meter dan Giganotosaurus yang berukuran 13 meter dan berat 10 ton, lebih besar dari Tyrannosaurus rex.  Kedua pemangsa ini dapat dengan mudah membunuh dan memangsa argentinosaurus muda.

Argentinosaurus berukuran raksasa. Saat dewasa ia dapat berbobot 75 ton. Para ilmuwan memperkirakan bahwa dari Argentinosaurus seberat 75 ton, ia terdiri dari 11 ton tulang, 3,5 ton darah, 4 ton kulit, 15 ton lemak dan 39 ton daging, cukup untuk memberi makan hewan lain selama beberapa hari. Karena ukurannya, Argentinosaurus dewasa tidak memiliki pemangsa alami. Dinosaurus pemangsa besar seperti Mapusaurus dan Giganotosaurus yang hidup berdampingan dengan mereka, tidak dapat menjatuhkan Argentinosaurus dewasa, baik sendirian maupun secara berkelompok. Karena itulah bangkai Argentinosaurus tidak akan terbuang percuma. Tumpukan daging Argentinosaurus dapat memikat banyak pemangsa dari beragam jenis, bahkan hingga yang jaraknya bermil-mil jauhnya.

FMNH Patagotitan.jpg

Selama lebih dari 20 tahun, Argentinosaurus memegang gelar sebagai dinosaurus terbesar yang pernah hidup, namun pada tahun 2008 penemuan lain menunjukan bahwa ia bukanlah yang terbesar. Ditemukan di Patagonia, Argentina, di negara yang sama dimana Argentinosaurus ditemukan, fosil dinosaurus raksasa yang baru ini menyaingi ukuran dari Argentinosaurus. Pada tahun 2008, seorang petani bernama Aurelio Hernández, menemukan tulang paha bawah dari dinosaurus ini di gurun dekat La Flecha, sekitar 250 km barat Trelew, Patagonia. Ketika itu ia sedang bekerja di lahan pertanian ketika melihat tulang fosil yang menonjol keluar dari batu. Sadar bahwa Argentina, dan khususnya Patagonia, sebagai tanah yang kaya akan fosil dinosaurus, ia pun pertanian mengundang ahli paleontologi setempat untuk memeriksanya. Butuh waktu dua minggu bagi tim mereka untuk menggali apa yang menjadi tulang paha terbesar yang pernah ditemukan yang memiliki  panjang 2,4 meter, dari ujung ke ujung. Itu jelas milik anggota Sauropoda raksasa berkaki empat berleher panjang seperti Diplodocus atau Brachiosaurus. Tetapi tidak ada Sauropoda yang diketahui memiliki tulang yang dapat membandingkan ukurannya, mengisyaratkan bahwa ini adalah penemuan spesies titan yang baru. Antara tahun 2013 dan 2015 penggalian yang dilakukan oleh 7 paleontologis berhasil menemukan 130 tulang yang berasal dari 6 individu yang berbeda, menjadikannya salah satu fosil titanosaurus terlengkap yang pernah ditemukan. Menyandang nama Patagotitan berdasarkan tempat fosilnya ditemukan pertamakali, Patagotitan dapat tumbuh hingga sepanjang 37 meter dan berat 77 ton, lebih besar dari Argentinosaurus. Ia hidup di Argentina pada Masa Cretaceous, 101 juta tahun yang lalu. Ukuran Patagotitan termasuk yang paling akurat diantara dinosaurus Sauropoda lainnya, berkat jumlah dan kelengkapan fosil yang ditemukan. Patagotitan tercatat sebagai dinosaurus terbesar yang pernah ditemukan dan diukur dengan akurat, hanya beberapa dinosaurus Sauropoda lain yang dapat menyaingi ukuran besarnya, antara lain Argentinosaurus, Puertosaurus dan Alamosaurus.  Cetakan dari fosil Patagotitan dapat dilihat di The American Museum of Natural History. 

Tulang paha Patagotitan 

Tulang belakang

Diplodocus, Raksasa Yang Lembut

Gambar mungkin berisi: luar ruangan dan alam

Selama 160 juta tahun masa kekuasaan Dinosaurus di muka bumi, mereka muncul dalam berbagai ukuran. Dari Velociraptor sebesar burung kalkun, hingga dinosaurus pemakan tumbuhan raksasa sepanjang 30 meter seperti Diplodocus dan Argentinosaurus. Kebanyakan dinosaurus raksasa ini tergabung kedalam suatu kelompok dinosaurus yang disebut  Sauropoda. Sauropoda adalah binatang darat terbesar yang pernah berjalan di muka bumi. Dalam kurun waktu seratus juta tahun evolusi, Sauropoda yang pertama kali muncul pada Masa Triassic, telah berkembang menjadi beragam jenis dan ukuran serta dapat ditemukan di semua benua, bahkan Antartika. Nama Sauropoda memiliki arti “Kaki Kadal” dalam bahasa Yunani Kuno. Ciri khas Sauropoda adalah berleher panjang, kepala yang kecil, ekor panjang dan empat kaki besar yang seperti pilar bangunan, mirip dengan kaki gajah.

Pada Masa Jurassic, Sauropoda berada pada masa jayanya. Banyak spesies yang berkembang menjadi lebih besar dan lebih beragam disbanding Masa Triassic. Salah satu diantaranya adalah Diplodocus yang hidup 155 hingga 145 juta tahun yang lalu. Raksasa Jurassic ini adalah salah satu dinosaurus terpanjang yang pernah hidup. Ia dapat tumbuh hingga 27 meter. Panjang lehernya mencapai 8 meter sedangkan ekornya 14 meter. Ekornya panjang seperti cambuk yang dapat digunakan untuk mempertahankan dirinya dari predator. Kepalanya kecil hanya sekitar 60 centimeter saja panjangnya dengan dua lubang hidung yang terletak di puncak kepalanya. Namun meski sangat panjang, Diplodocus hanya berbobot 10 hingga 16 ton saja. Diplodocus pertama kali ditemukan pada tahun 1877, oleh dua orang paleontolog, Earl Douglass dan Samuel W. Williston.  Spesimen yang mereka temukan kemudian disimpan di The Carnegie Museum. Satu tahun kemudian, Spesimen yang ditemukan oleh Earl Douglass dan Samuel W. Williston diberi nama Diplodocus oleh Othniet C. Marsh. Nama Diplodocus berarti “Kadal Ganda”. Dengan adanya penemuan ini, The Museum of Natural History tidak mau ketinggalan untuk melakukan pencarian fosil Diplodocus lainnya. Mereka melakukan penggalian fosil Diplodocus di Wyoming, AS. Pada tahun 1907 mereka memamerkan dua koleksi fosil mereka di Seckenberg, Museum Frankfurt. Semenjak itu lebih banyak lagi fosil-fosil Diplodocus yang ditemukan di Colorado, Montana dan Utah.

Gambar mungkin berisi: luar ruangan

Diplodocus hidup berkelompok. Kelompok ini sering berpindah-pindah untuk mencari makanan dan air ketika semakin sulit untuk dicari. Tiap anggota kelompok berkomunikasi menggunakan lambaian ujung ekornya yang lentur. Lambaian-lambaian ini disentuhkan ke badan temannya ketika sedang makan atau minum untuk memastikan bahwa mereka selalu bersama. Rombongan dinosaurus ini juga diikuti oleh ribuan serangga-serangga kecil yang hidup dengan menumpang di punggung Diplodocus. Namun hal ini tidak mengganggu mereka karena ukuran tubuh mereka yang besar tampak tidak terganggu dengan kehadiran serangga-serangga kecil.

Salah satu dinosaurus Sauropoda terkenal lainnya yang hidup pada zaman yang sama dengan Diplodocus adalah Brachiosaurus. Brachiosaurus pertamakali ditemukan oleh Elmer S. Riggs pada tahun 1903 di Colorado. Brachiosaurus memiliki postur tubuh yang berbeda dari Diplodocus. Kaki depan Brachiosaurus lebih panjang daripada kaki belakangnya, membuat postur tubuhnya lebih mirip jerapah. Dari situ juga ia mendapat namanya, Brachiosaurus, berarti “Kadal Bertangan”. Brachiosaurus memiliki panjang 26 meter dan berat hingga 56 ton, lebih besar dari Diplodocus. Selain lebih besar dan memiliki postur yang berbeda dari Diplodocus, cara makan Brachiosaurus juga berbeda. Jika Diplodocus dapat memakan tumbuhan di segala ketinggian, maka Brachiosaurus hanya makan dedauanan di pucuk-pucuk pohon saja. Biasanya pada ketinggian 5 meter. Ia dapat melahap hingga 120 kilogram tumbuhan setiap harinya. Mungkin 120 kilogram terlihat sedikit untuk sauropoda seberat 56 ton, namun penelitian membuktikan bahwa 240 kilogram tumbuhan cukup untuk memenuhi kebutuhan sauropoda seberat 70 ton, jadi 120 kilogram per hari cukup bagi brachiosaurus seberat 56 ton. Ini tidak menutupi kemungkinan brachiosaurus dapat makan lebih banyak daripada yang diduga oleh para ilmuwan.